PAMEKASAN, Suararakyat.id – Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura Kelompok 43 yang sedang menjalankan Program pengabdian masyarakat memberikan pelatihan pembuatan biopori kepada masyarakat Desa Somalang, Pakong, Pamekasan Sabtu (8/7/2023).
Tim Pengabdian masyarakat dengan dosen pembimbing lapang Moh. Ishaq Abd. Salam, S. Sos., M. Sosio melaksanakan program tersebut untuk menjawab permasalahan petani terkait mahalnya pupuk anorganik. Selain itu, banyak petani yang mengeluh masalah pupuk yang masih langka.
Anisa Noviani, penanggung jawab program menyampaikan bahwa Biopori dapat membantu dalam pembuatan pupuk organik untuk para petani dengan cara yang sederhana dan mudah dilakukan.
“Saya bersama tim sudah melakukan survey di Desa Somalang, hasilnya banyak sekali petani yang mengeluh tentang pupuk anorganik yang mahal dan sulit untuk didapatkan, bahkan petani rela membeli pupuk di lain daerah demi hasil pertanian, petani disini masih bergantung dengan pupuk anorganik” ungkap Anisa sapaan akrabnya.
Melihat kondisi tersebut Anisa bersama tim memberikan pengenalan tentang biopori yang memiliki banyak manfaat di bidang pertanian. Selain itu, inovasi ini juga untuk membantu mengolah sampah organik yang biasanya dibakar dan akan menimbulkan polusi udara.
“Pembuatan biopori sendiri sangat simple, hanya membutuhkan pipa dengan ukuran 4 diameter dan panjang 80 cm” imbuhnya.
Lebih lanjut lagi Anisa juga menjelaskan cara pengolahan kompos yang sangat mudah menggunakan biopori
“Pembuatan pupuk kompos dalam biopori sangatlah mudah, warga bisa menaruh sampah sisa makanan, daun kering atau sampah organik lainya di dalam lubang terus di tutup dan di biarkan selama 3 bulan lalu diambil dan ditaruh ke tanaman yang membutuhkan pupuk kompos,” Terangnya.
Senada dengan itu, Dimas salah satu anggota pengabdian masyarakat UTM menjelaskan jika pembuatan pipa biopori ini hanya membutuhkan waktu sehari sekaligus pemasangan di dalam tanah.
Adapun alat yang digunakan hanya bor dan gergaji untuk memotong pipa dan melubangi pipa serta tutupnya. Sementara biopori ditempatkan di lahan sawah milik Pak Herman dengan kedalaman 75 cm menggunakan bantuan linggis.
“Biopori tidak hanya membantu petani dalam pembuatan pupuk saja, biopori juga menjadi salah satu solusi untuk pembuangan sampah organik dan pencegahan banjir, biopori tidak mengeluarkan bau seperti tempat pembuangan yang lain, sehingga sangat cocok ditempatkan di perumahan masyarakat maupun lahan pertanian masyarakat,” Pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, biopori merupakan lubang resapan air yang mampu menahan air dan juga mampu menampung sampah organik, sampah organik yang ada di dalam biopori dapat menjadi pupuk kompos atau pupuk organik yang bisa membantu menyuburkan tanah. (Red)