Demo Kenaikan BBM, Akademisi: Mahasiswa Harusnya Dorong Efektifitas Transportasi Publik

Redaksi By Redaksi
3 Min Read

NASIONAL,Suararakyat.id – Himpunan Aktivis Milenial (HAM) Indonesia menggelar kegiatan seminar online bertajuk Webinar Nasional 2022 pada Kamis (15/9) sore.

Webinar dengan tema “Demonstrasi BBM oleh Mahasiswa: Parade Protes Demi Siapa?” ini dihelat melalui platform zoom meeting dan dihadiri ratusan partisipan dari beragam latar belakang.


Hadir sebagai pembicara pada kegiatan tersebut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Yogyakarta, Bernando J Sujibto, dan Sekretaris Jenderal Himpunan Aktivis Milenial Indonesia, Muchlas J Samorano. Webinar tersebut tampak berlangsung hidmat dan meriah hingga pukul 18.20.


Akademisi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bernando J Sujibto, menyebut, dalam melakukan gerakan sosial seperti demonstrasi, mahasiswa harus mampu memperhatikan dan memahami konteks kebijakan yang dikritik.
“Proses pemahaman konteks ini bisa dengan melakukan aktivitas membaca, baik melalui sumber-sumber lokal, maupun internasional. Sehingga, ketika melakukan demonstrasi, mahasiswa tidak hampa pemahaman, dan dimensi akademis berfungsi,” kata Bernando.


“Saya sebanarnya tidak anti terhadap aksi demonstrasi, tetapi yang juga perlu menjadi catatan bagi mahasiswa ialah kemampuan mengukur dampak dari aksi yang mereka lakukan. Jangan sampai, aksi demonstrasi justru berujung pada destruksi terhadap dirinya sendiri,” lanjut dia.


Bagi Bernando, ada banyak cara untuk menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah, misalnya melalui tulisan dan klicktivism. Cara ini justru lebih edukatif, atau bahkan lebih efektif. Pasalnya, kata Bernando, aksi demonstrasi itu hanya menjadi diskursus atau ramai-ramai semata, yang tidak memiliki kemampuan dalam melakukan perubahan.


“Sehingga, demonstrasi, terkesan sebatas kick and run. Buktinya, sampai sekarang, meski demonstrasi dilakukan, tidak ada yang berubah dari kebijakan tersebut. Sebab, kenaikan BBM itu tidak bisa dilepaskan dari dinamika harga minyak global, dampak perang Rusia vs Ukraina juga menjadi salah satu faktor pemicunya,” ungkapnya.


Bernando menyebut, yang perlu mendapat perhatian mahasiswa mestinya bagaimana pemerintah memberikan solusi dengan memperbaiki transportasi publik. Seiring kenaikan BBM, transportasi publik juga semakin baik. Tujuannya, agar meringankan biaya mobilitas masyarakat dan efisiensi penggunaan energi.


Sementara itu, Sekretaris Jenderal Himpunan Aktivis Milenial Indonesia, Muchlas Samorano, melihat demonstrasi penolakan harga BBM adalah aksi reaktif. Menurutnya, belum ada kajian komprehensif yang memuat data sahih dibawa dalam tuntutan aksi protes tersebut.
“Mereka menolak kenaikan BBM subsidi yang justru 70 persen lebih konsumsinya dinikmati oleh masyarakat mampu. Pertanyaan sederhananya, mereka protes demi kepentingan siapa? Rakyat yang mana?” kata Muchlas.


“Filosofi subsidi energi itu untuk mengurangi beban cost masyarakat miskin demi mendongkrak daya beli. Tapi masalahnya, subsidi itu tidak tepat guna, makanya dibentuk skema pengalihan subsidi BBM ke subsidi lain. Harusnya, mahasiswa memiliki kajian akademis bagaimana distribusi subsidi itu bisa tepat guna dan tepat sasaran,” terangnya.(RA)

Share This Article