Gadis Desa juga Bisa Gapai Mimpi

Redaksi By Redaksi
2 Min Read
Nafilatus Sahrah, perempuan dengan sejuta mimpi.

“Dan untukmu yang baru mau memulainya, ingatlah bahwa kamu perlu memperjuangkan mimpi”.

Menjadi seorang anak yang lahir dan dibesarkan di pelosok desa memang sedikit terasa sulit. Budaya dan adat istiadat yang sangat terjaga yang diagungkan disana, kadangkala tidak sedikit menjadi penghalang bagi mereka untuk keluar dari zona nyaman terutama bagi para perempuan. Pemikiran orang-orang disekitar dengan stigma yang melekat bahwa “perempuan pada akhirnya tempatnya tetap di dapur-di sumur-di kasur” atau “perempuan tugasnya cuma sebatas 3M macak-masak-manak” akan sering kita dengar apabila kita tinggal atau tidak sengaja bertemu dan kenal dengan mereka yang berasal dari desa.

Memang tidak ada yang salah dengan melestarikan budaya dan adat istiadat yang ada di sebuah desa. Karena bagi mereka yang tinggal di desa, hal ini merupakan cara mereka untuk menghormati para leluhur dan juga melestarikan sesuatu yang sudah terbangun sejak dulu. Namun hal semacam ini nyatanya sedikit mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang ada di sana. Bukan berarti mereka yang tinggal di desa itu kuno dan ketinggalan zaman. Hal itu karena mereka sedikit membatasi diri dari perkembangan zaman dan modernisasi yang mereka anggap sedikit mengancam budaya dan adat istiadat yang disana.

Adalah aku, seorang perempuan muda yang memutuskan untuk hijrah dari desa ke kota metropolitan demi berusaha memperbaiki kualitas hidup meskipun pada awalnya harus bertentangan dengan keluarga, utamanya orang tua.

Pada awalnya semua tidak berjalan dengan mudah, percekcokan yang terjadi karena perbedaan pendapat. Tidak adanya dukungan dari orang-orang terdekat membuat seorang perempuan waktu itu yang baru lulus SMA dan sama sekali belum pernah tau dunia luar harus bertahan seorang diri tanpa siapapun yang ia kenal di ibu kota. Perjalanan yang ia lewati cukup menguras tenaga dan pikiran namun ia berusaha menguatkan dirinya sendiri demi mengejar cita-cita yang tidak dapat diwujudkan di desa tercinta.

Maka dari itu, perempuan harus bisa berdaya karena ketika perempuan berdaya dia akan mampu memperdayakan dan tidak akan mudah diperdaya. (bhr)

Share This Article