OPINI, Suararakyat.id – Jika kau asyik mengejek Manchester United yang selalu bermain bobrok, itu tidak salah. Sebab, tim besutan Erik Ten Hag itu, mainnya memang tak jarang bikin orang terbahak-bahak. Jika kau ragu atas pemecatan Thomas Tuchel dua hari yang lalu, itu juga tidak salah. Sebab performa The Blues saat ini, memang menurun dan tak ada perkembangan.
Atau, jika kau masih sesak dada lantaran Liverpool-mu kena bantai sama Napoli di Liga Champions, maka kau perlu minum obat, agar segera sembuh. Sama, PSSI juga demikian. Butuh obat agar pikirannya tidak kolot dan lontaran katanya yang selalu tak masuk akal, tak lagi terulang. Minimal, tidak sering, lah PSSI membuat pecinta sepak bola Tanah Air berkeluh susah. Susah dimengerti, dan susah untuk tidak dimaki-maki. Halah.
Timnas Indonesia dalam waktu dekat ini rencananya akan melakukan FIFA Matchday kontra Curacao. Dan pertandingan itu, menurut jadwal yang telah dirilis, 27 September (laga kedua) akan dimainkan di Jakarta International Stadium (JIS). Sayangnya, pasca PSSI melakukan uji kelayakan, katanya, katanya nih ya, JIS tidak layak untuk menggelar FIFA Matchday. Ampas!
Melalui situs resmi PSSI, Sekjen PSSI, Yunus Nusi bilang, kalau untuk FIFA Matchday yang mengundang animo penonton sangat banyak maka perlu dilakukan simulasi terkait jumlah penonton mulai dari 25% – 50% – 75% – 100% dari perhitungan maximum safety capacity.
Yah, intinya gini, Bos. Berdasarkan hasil inspeksi tim Infrastructure Safety and Security PSSI, Stadion JIS belum memenuhi kelayakan 100% infrastruktur (area drop off tim, sirkulasi aktivitas terkait pertandingan di outer perimeter menumpuk di barat utara).
Hal ini, sangat disayangkan. Coba pikir, berapa bejibun duit yang Pak Anies Baswedan keluarkan demi membangun stadion yang sangat megah ini? Masyarakat Jakarta dan sekitarnya yang semestinya sudah bisa nonton timnas langsung ke lokasi terdekat, gara-gara PSSI semuanya jadi gagal maning.
Sebentar. Tugas PSSI ini sebenarnya apa, dan maunya bagaimana? Pak Yunus ini mestinya tak usah sibuk ngurusin uji kelayakan, dan sok tahu kalau stadion itu tak layak menyandang berkualitas FIFA. Tugas PSSI yang paling utama, kan menstruktur dan mengkonsep sepak bola di negeri ini. Bukan malah ke lapangan.
Sok tahu soal lapangan berkualitas, tapi PSSI tak tahu bagaimana caranya memberi lapangan untuk stok fasilitas. Kan lucu, Bos!
Jangankan memberi fasilitas, sewa stadion Madya untuk latihan timnas saja, PSSI kewalahan. Tak punya duit, stadion lebih dulu diboking orang, dan alasan-alasan kocak lainnya.
Lihatlah Liga 1, apa yang terjadi? Wasit yang katanya menyabet gaji termahal se Asia Tenggara, nyatanya kualitas wasitnya biasa-biasa saja. Alhasil, ribut, kontroversi, saling terjang antar pemain, wasit digebukin, dan hal-hal yang tak diinginkan lainnya, terjadi. Harusnya PSSI lebih fokus ke sini. Sumber problematik itu, adalah tugas PSSI untuk memberikan jalan keluar. Atau jika tidak mampu, baiknya PSSI keluar dari jabatan. Biar tidak malu-maluin kayak gini.
Anehnya, katanya Jakarta International Stadium, TAPI eh TAPI, tidak lolos verifikasi FIFA? Gagal jadi stadion bertaraf internasional. Tugasmu, Pak… Pak…!
Atas dugaan nyeleneh PSSI itu, akhirnya PT Jakarta Propertindo (Jakpro) memberi sanggahan. Bahwa, stadion Jakarta International Stadium sudah berstandar FIFA.
Jakpro telah menyebut, kalau JIS itu dirancang oleh Buro Happold, konsultan perencana dari Inggris, yang memiliki pengalaman internasional dalam merancang stadion-stadion sepak bola modern di Liga Inggris seperti Tottenham Hotspur Stadium di London serta perancangan beberapa stadion Piala Dunia Qatar 2022. Masak iya tidak berstandar FIFA? Kalau perkataan Pak Yunus diketahui mereka, apa tidak sesak dada Buro Happold dan konsultan tadi?
Apa jangan-jangan PSSI, Pak Yunus dan Pak Anies sudah tidak akur sejak sekarang lantaran menatap pentas politik akbar 2024 nanti? Hiyaaaa hiyaaaaa. (ZR)