Inovasi Energi Terbarukan: KKN 41 Sosialisasi dan Gelar Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kayu dan Batok Kelapa untuk Briket di Kebundadap Timur, Sumenep

Redaksi By Redaksi
3 Min Read

SUMENEP, Suararakyat.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dari kelompok KKN 41 telah mengadakan kegiatan sosialisasi pembuatan briket dengan memanfaatkan limbah produksi bagi masyarakat, di Desa Kebundadap Timur, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep.Kamis (25/07/2024).

Kegiatan tersebut berfokus pada pemanfaatan limbah produksi (serutan kayu/batok kelapa) sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. Reza salah satu anggota KKN 41 mengatakan tujuan program kerja tersebut karena terdapat limbah hasil produksi mebel dan getas yang tidak dimanfaatkan.

“Karena di desa Kebundadap Timur ini terdapat sisa-sisa produksi seperti mebel dan pembuatan getas yang menggunakan kelapa namun batok kelapa tersebut tidak diolah kembali, oleh sebab itu saya dan teman teman kelompok KKN 41 memiliki inovasi terbaru untuk mengolah kembali limbah produksi tersebut menjadi barang yang memiliki nilai jual guna meningkatkan taraf hidup masyarakat didesa Kebundadap Timur,” ujar Reza.

Briket adalah salah satu jenis bahan bakar padat yang terbuat dari limbah dan residu usaha kehutanan dan pertanian. Proses pembuatan briket melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pemurnian dan pengecilan ukuran partikel bahan mentah, hingga pembentukan briket itu sendiri.

Pembuatan briket memerlukan mesin pembuat briket yang bekerja dengan tiga mekanisme dasar, yaitu tipe ulir (tipe sekrup), tipe stamping , dan tipe hidrolik . Mesin press briket ini berfungsi untuk memadatkan bahan baku menjadi briket yang padat dan siap digunakan.

Tahapan awal dalam pembuatan briket adalah debarking, yaitu penghilangan kulit kayu dari bahan baku. Setelah itu, bahan baku dikecilkan ukurannya menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikeringkan untuk mengurangi kadar udara. Kadar air yang ideal untuk briket adalah antara 12-15%, tergantung pada jenis bahan baku yang digunakan.

Setelah proses pengeringan, bahan baku diayak untuk memisahkan partikel-partikel yang tidak diinginkan. Kemudian, bahan baku yang telah diayak dimasukkan ke dalam mesin press briket untuk dibentuk menjadi briket.

Briket memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan bakar, seperti nilai kalori yang tinggi dan asap yang relatif sedikit. Namun pemanfaatan briket sebagai bahan bakar di rumah tangga tidak disarankan karena asapnya pekat. Oleh karena itu diperlukan tungku khusus yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Secara keseluruhan, briket adalah salah satu alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dengan proses pembuatan yang tepat dan penggunaan yang bijak, briket dapat menjadi salah satu pilihan bahan bakar yang efektif dan efisien.

Dengan adanya sosialisasi ini tim KKN 41 UTM berharap pembuatan briket di Desa Kebundadap Timur dapat diaplikasikan dalam memanfaatkan limbah secara berkelanjutan. (red)

Share This Article