Ciawi, Jawa Barat, suararakyat.id – Pada Senin, 2 Desember 2024, kegiatan Retreat Penyuluh Lintas Agama dan Aktivitas Pemuda Pejuang Moderasi Beragama Tingkat Nasional berlangsung meriah di Camp Hulu Cai, Ciawi, Jawa Barat. Acara ini dihadiri tokoh nasional lintas sektor yang memberikan pandangan strategis terkait moderasi beragama dan tantangan keberagaman di Indonesia.
AKBP Moh. Dofir, S.Ag., S.H., M.H., menjadi salah satu pemateri utama yang menyampaikan isu-isu penting terkait potensi konflik keberagaman di Indonesia. Ia menjelaskan beberapa poin krusial, di antaranya:
- Potensi Konflik Keberagaman di Indonesia: Konflik internal umat beragama, antarumat beragama, hingga konflik antara umat beragama dengan pemerintah menjadi ancaman serius yang harus dikelola dengan pendekatan dialogis.
- Sasaran Pelaku Terorisme: Pelaku terorisme memiliki strategi khusus dalam menargetkan anggota baru. Ia menekankan perlunya memahami pola perekrutan dan mengidentifikasi kelompok rentan agar dapat mencegah aksi-aksi teror.
- Ciri-Ciri Orang yang Rentan Terpapar Paham Terorisme: Beberapa karakteristik individu yang berpotensi direkrut, seperti keresahan sosial, pencarian identitas, dan isolasi dari komunitas moderat, perlu mendapat perhatian khusus.
- Karakteristik dan Bahaya IRET: Pemahaman tentang Islam Radikal Ekstrem Transnasional (IRET) menjadi salah satu kunci dalam mendeteksi dan mencegah penyebaran paham radikal. Dofir juga memaparkan bagaimana individu dapat terpapar dan pentingnya melibatkan komunitas untuk menangkalnya.
- Pentingnya Menjaga Pancasila: Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan jembatan yang merangkul seluruh keberagaman Indonesia. “Moderasi beragama harus didukung semua pihak demi menjaga persatuan bangsa,” tegas Dofir.
Selain Dofir, acara ini juga menghadirkan tokoh-tokoh penting, seperti:
Lukman Hakim Saifuddin, Mantan Menteri Agama RI, yang membahas peran agama sebagai pengikat harmoni sosial.
Dr. H. Tubagus Ace Hasan Syadzily, M.Si., Gubernur Lemhannas, yang memberikan perspektif strategis terkait moderasi beragama sebagai elemen ketahanan nasional.
Budi Arwan dari Ditjen Otonomi Daerah Kemendagri, yang membahas sinergi pemerintah daerah dalam mewujudkan kehidupan beragama yang moderat.
Brigjenpol Ahmad Nur Wahid, Direktur Deradikalisasi BNPT, yang mengungkap langkah-langkah konkrit deradikalisasi berbasis komunitas.
Pak Zindan, peneliti terorisme, yang membagikan hasil penelitian terbaru terkait pola-pola radikalisasi di Indonesia.
Kegiatan ini mendapatkan apresiasi luas dari para peserta yang mayoritas adalah penyuluh agama dan pemuda dari seluruh Indonesia. Melalui dialog interaktif, peserta didorong untuk menjadi agen moderasi beragama di daerah masing-masing.Acara ditutup dengan ajakan bersama untuk memperjuangkan moderasi beragama sebagai fondasi kehidupan berbangsa. “Mari bersama menjaga persatuan bangsa ini dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman, dan keberagaman sebagai kekuatan,” pungkas Dofir. [RA]