Ramai Kabar PT Gudang Garam Lakukan PHK Massal, Senator Jilbab Ijo Lia Istifhama : Pemerintah Harus Selamatkan Industri Rokok

3 Min Read
Ramai Kabar PT Gudang Garam Lakukan PHK Massal, Senator Jilbab Ijo Lia Istifhama : Pemerintah Harus Selamatkan Industri Rokok

JAKARTA, suararakyat.id – Isu mengenai kemungkinan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk menjadi perhatian serius Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, M.E. Menurutnya, kabar ini bukan hanya persoalan dunia industri rokok, tetapi juga menyangkut hajat hidup masyarakat, terutama tenaga kerja dan petani tembakau.

“Jika benar kabar PHK massal Gudang Garam, maka ini menjadi kabar yang sangat tidak sedap dalam dunia industri dan sekaligus problem baru dalam penyerapan tenaga kerja,” tegas Ning Lia dalam keterangannya, Senin (8/9).

Ning Lia menjelaskan, indikasi utama yang memicu ancaman PHK massal berasal dari pasokan tembakau yang terbatas serta pajak cukai rokok yang semakin tinggi. Kondisi ini berimbas pada penurunan daya saing dan mengancam keberlangsungan industri hasil tembakau (IHT).

“Kalau bicara sebab PHK massal, maka kita pun bicara efek domino besaran dana bagi hasil cukai tembakau atau DBHCHT,” jelas senator Cantik tersebut.

Anggota DPD RI yang disebut senator Jilbab Itu menilai, kebijakan dalam UU Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD) yang menaikkan alokasi DBHCHT dari 2 persen menjadi 3 persen, masih belum sepadan dengan kebutuhan di lapangan.

“Seharusnya pemerintah berani menaikkan DBHCHT hingga 5 persen. Tujuannya agar kesejahteraan petani tembakau terjamin, misalnya lewat program jaminan gagal panen, modernisasi alat dan mesin pertanian (alsintan), hingga peningkatan kualitas produksi. Kalau petani sejahtera, gairah menanam tembakau pun tumbuh,” ujar Ning Lia.

Selain memperhatikan petani, Ning Lia juga menyoroti nasib buruh pabrik yang terancam kehilangan pekerjaan. Ia mempertanyakan apakah benar penurunan produksi rokok di Gudang Garam disebabkan daya jual yang melemah, atau justru kurangnya inovasi produk untuk mengikuti selera pasar.

“Kalau demand masyarakat terhadap rokok masih tinggi, mestinya industri rokok aman. Maka persoalannya bisa pada produk yang tidak sesuai tren konsumen, atau tarif cukai yang terlalu tinggi sehingga harga jual sulit terjangkau,” imbuhnya.

Ning Lia menegaskan pentingnya campur tangan pemerintah dalam menyelamatkan industri rokok, yang selama ini menjadi penopang ekonomi daerah sekaligus penyumbang pendapatan negara terbesar dari sektor cukai.

“Pertanyaan saya, adakah perencanaan dari pemerintah untuk memulihkan industri rokok? Karena industri ini menyerap jutaan tenaga kerja, mulai dari petani, buruh linting, hingga distribusi. Jika tidak segera diantisipasi, PHK massal akan memicu masalah sosial dan ekonomi yang lebih besar,” tutup Ning Lia.

Share This Article