PAK NURUDIN, DAN KEJAHATAN TERBARU PEMERINTAH (SUMENEP) KITA (?)

3 Min Read
PAK NURUDIN, DAN KEJAHATAN TERBARU PEMERINTAH (SUMENEP) KITA (?)

Oleh: NK Gapura

Selasa kemarin, pukul 15.37 WIB, saya bersalaman dengan Pak Ahmad Nurudin (50), seorang guru asal kepulauan Kangean yang mendapat ancaman pedang dan motor pinjamannya dibakar pada Senin (13/1/2025) lalu.

Menurut Pak Nurudin, sapaan akrabnya, kekerasan yang dia alami adalah yang pertama kali dalam hidupnya.

Sebelum bertemu secara langsung, kami sudah sering berbincang melalui gawai. Di antaranya menanyakan kondisinya usai kekerasan itu terjadi.

Ternyata, hingga hari ini Pak Nurudin belum kembali mengajar. Selain karena tidak memiliki kendaraan, dia juga masih trauma.

Saat kami berbincang, disela-sela acara sebuah seremonial, Pak Nurudin mengaku sempat gemetar melihat sepeda motor yang akan diberikan padanya. Dia mengaku masih trauma, kepalanya sering mendadak sakit dan berat.

Saya sempat bertanya bagaimana dia mengisi waktu libur. Ternyata dia jarang berlibur. Nyaris seluruh waktunya, dalam sepekan, selalu untuk pendidikan. Jika tidak sedang mengajar, dia aktif di Pramuka.

Acara pemberian bantuan motor baru pun selesai. Bantuan itu diserahkan MH. Said Abdullah di kediamannya. Secara khusus saya meminta Pak Nurudin untuk berfoto dengan motor yang baru saja dia terima.

Di saat yang bersamaan, saya merasa Pemda Sumenep sama jahatnya dengan Ahmad Qurtubi (19), yang dengan beringas mengancam Pak Nurudin dengan pedang dan bahkan membakar motor yang dipinjamkan kepadanya.

Ahmad Qurtubi telah menciptakan rasa takut dan trauma yang berkepanjangan. Dan Pemerintah (Sumenep) kita, dengan sengaja membiarkan Pak Nurudin merasakan takut dan trauma itu sendirian, hingga hari ini.

Said Abdullah menyindir, biaya untuk datang dari Jakarta cukup mahal. Tapi itu sepadan dengan niatnya untuk membantu Pak Nurudin. Tapi Pemkab Sumenep telah berbuat apa? Said menduga belum ada.

“Jangan sampai, ketika ada berita, hanya cukup di berita saja,” kata Said di tengah awak media.

Merespon kasus Pak Nurudin, Eksekutif dan Legislatif Sumenep mendadak jadi pendiam. Tentu saja sikap itu tidak layak dicontoh karena, maaf, memalukan.

Kepekaan pemerintah, sebagai manusia, seperti telah teracuni gelimang kekuasaan. Dan kemampuan mereka untuk memfungsikan segala jenis kewenangan, seperti telah dibutakan oleh jarak kepulauan dan daratan.

Sikap diam pemerintah kepada Pak Nurudin, bagi saya, adalah kejahatan terbaru yang telah mereka lakukan. Mungkin sikap itu memang disengaja. Dan jika tidak disengaja, apa alasan yang bisa diterima? Salam awam saja.

Ganding, 29 Januari 2025

Share This Article